Sebuah pesawat antariksa yang dioperasikan oleh robot diluncurkan pada Rabu (02/11) untuk bertemu dengan pesawat sebelumnya yang bertujuan untuk membuat stasiun luar angkasa milik Cina.
Shenzou 8 telah diluncurkan dengan misi untuk mencari laboratorium prototipe bernama Tiangong 1 yang telah mengitari bumi sejak bulan September yang lalu. Menempelnya Shenzou ini mempunyai nilai sejarah karena Cina untuk pertama kalinya melakukan hal ini.
Tujuan utama dari misi ini ialah agar Cina bisa membangun stasiun antarika yang diharapkan akan selesai pada 2020.
"Layaknya Amerika Serikat, mereka telah melakukan pemasangan secara manual. Akan tetapi Cina akan melakukannya lewat robot baru dilanjutkan dengan manusia.," ujar Tim Robinson dari AeroSpace International di media Xinhua. "Ini akan mengurangi risiko dengan tidak menggunakan manusia, tetapi rencana tersebut dinilai ambisius."
Pada Rabu, robot yang ada di Shenzou akan melakukan beberapa manuver yang sulit yang dikontrol dari Bumi dan beberapa lainnya akan terjadi secara otomotis lewat program yang telah dimasukkan. Aktivitas yang dilakukan dari ruang kontrol Bumi ialah lima manuver orbit untuk mendekatkan posisi Shenzou dengan Tiangong 1. Tetapi, saat Shenzou 8 sudah ada pada jarak 50 kilometer dari laboratium maka tugas selanjutnya akan diambil oleh pesawat yang baru saja diluncurkan.
Dua pesawat tersebut akan ada di ruang angkasa selama 12 hari sambil terus memantau operasi Tiangong 1. Saat sudah habis masa waktunya, maka Shenzou 8 akan melepaskan dirinya dan menjauh sejauh 140 meter dan akan menempelkan dirinya lagi untuk membuktikan kalau proses tersebut berhasil dan bukan karena faktor kebetulan.
Apabila sudah berhasil menempel sebanyak dua kali maka kedua pesawat akan bergabung selama 2 hari. Saat waktunya habis, Shenzou 8 akan melepaskan dirinya dan akan menjauh dengan jarak 5 kilometer dan mengakhiri misinya.
Misi mendaratnya pesawat Shenzou di ruang angkasa menjadi langkah awal Cina untuk masuk ke dalam urusan eksplorasi ruang angkasa. Sebelumnya, Cina telah mengirim manusia ke antariksa pada tahun 2003, 2005 dan 2008 dan membawa mereka kembali dengan selamat.
Menurut rencana, semua astronot akan berjenis kelamin laki-laki. Akan tetapi, pada misi selanjutnya kaum Hawa juga bisa mendapat kesempatan untuk melihat Bumi dari ruang angkasa.
"Kita harus melihat kemampuan astronot, baik mereka laki-laki atau perempuan untuk hidup di luar angkasa," ujar Chen Shanguang sebagai Direktur Pusat Astronot Cina di Xinhua. Ia juga menambahkan, "Eksplorasi ruang angkasa tidak akan lengkap tanpa partisipasi perempuan."
No comments:
Post a Comment