Sebentar lagi, NASA akan meluncurkan sebuah mobil yang mampu berjalan di daratan Mars bernama Curiosity. Mobil ini bakal menjadi mobil terbesar yang pernah diluncurkan.
Curiosity akan berukuran seperti model mini-cooper dan memiliki berat 900 kilogram. Desain dari alat ini sudah dikembangkan lebih dari tujuh tahun. Proyek yang memakan biaya US$2.5 miliar (Rp 224 Triliun) yang mempunyai nama lengkap "NASA's MARS Science" Laboratory akan diluncurkan dari landasan roket luar angkasa di Florida pada 25 November 2011 pukul 00.00 waktu Indonesia.
"Ini adalah suatu momentum," ujar Doug McCuistion, Direktur NASA Untuk Program Planet Mars yang berkantor di Washington DC. Ia menambahkan, "Saya hanya sangat senang dengan proyek ini."
Dalam misinya, Curiosity akan membawa 10 instrumen rumit yang gunanya untuk mendeteksi kehidupan yang ada di planet merah itu. Proyek ini akan menjadi usaha pertama NASA yang memberikan kebiasaan pada "mobil penjelajahnya" untuk membor tanah dari dataran darat planet Mars agar dapat mengambil dan menganalisa sampel tanah tersebut.
"Ini adalah mesin ajaib! Curiosity merupakan mobil rover yang paling canggih yang pernah dikirim NASA," ujar Ashwin Vasavada, Deputi Proyek Ilmuwan di Laboratory of Jet Propulsion NASA di Pasadena, Amerika Serikat.
Selain itu, Curiosity akan mempunyai manuver landasan yang lebih mantap dengan masa tersebut. Hal ini dilakukan dengan pendaratan yang dilakukan setelah perjalanan selama 8 1/2 bulan lewat parasut yang membuatnya mendarat secara perlahan. Saat telah mendekati darat, maka ia akan mengluarkan semacam "kaki" besi yang menuntun si mobil untuk mendarat sempurna.
Mars rover ini diharapkan mendarat pada Agustus 2012. Pesawat ruang angkasa yang membawa rover akan turun setengah jalan ke permukaan dengan memakai parasut, dan kemudian akan bertindak seperti 'sky crane" melayang di udara dengan perlahan menurunkan rover, hingga menyentuh daratan.
"Kami percaya bahwa semua ini akan berhasil," ujar Pete Theisinger, Projek Manager dari Curiosity.
Ilmuwan memilih Kawah Gala sebagai lokasi pendaratan karena terdapat banyak bebatuan yang ada dari periode waktu yang berbeda. Sehingga, penelitian yang dilakukan dapat menganalisa kehidupan yang mungkin telah ada berabad-abad yang lalu.
"Siapa tahu kita akan menemukan sungai," canda Vasavada.
No comments:
Post a Comment